B E R B E D A
Pada akhirnya, aku hanya ingin berdoa dengan lebih bijaksana. Semoga kamu bahagia, dengan siapapun kamu bersama nantinya.
Membekas namun semakin merasa terlepas. Tiap pelukan hangat yang pernah menjadi bara api kala dingin merasuk sepi. Jantungku tetap berirama, meski kehilangan satu nada yang berontak meminta sempurna. Seumpama melodi tanpa Do, tidak berarti lagi tangga-tangga nada kebahagiaan yang pernah kita mainkan dalam sympony panggung cinta. Rupanya, aku telah salah memupuk rasa. Pada ladang hatimu, yang ternyata tidak memberikan ruang untuk pohon cintaku tumbuh. Menyemai udara, berpotosintesis memuai rasa. Berbuah hanya lara, duka nestapa dalam hujan airmata. Hujan itu tidak lagi berduka, hatinya percaya bahwa kehilangan tidak akan selalu menuai luka. Bahwa duka tidak selamanya melahirkan airmata.
Aku percaya, waktu adalah perjalanan panjang menuju jalan kebahagiaan. Meski terkadang, waktu juga yang membunuh tiap harapan. Kali ini, aku yakin adalah fase terbaik untuk memberi jeda. Ya, ada masanya orang-orang akan berhenti mencintai kita. Maka sebelum itu terjadi beri jeda agar mereka tetap memiliki ruang untuk merindukan kita. Awalnya aku pikir begitu. Ya, sebelum cinta yang aku percaya akan berhenti pada satu titik rasa ternyata saat ini yang tersisa hanya luka.
Sebenarnya bukan aku yang memberi jeda. Hanya saja aku dipaksa untuk menerima kenyataan bahwa saat ini tidak ada lagi celah untukku menaruh harapan. Jeda yang aku dapat hanya berupa ruang hampa dalam kekosongan hati yang begitu lapang. Aku masih terbujur kaku di tempat yang sama kala aku kehilangan cinta. Saat ketika aku di tikam harapan. Cinta yang salah, mimpi yang tak tahu arah serta airmata yang lupa bagaimana seharusnya aku berhenti meneteskan duka. Sungguh aku itu bertanya, bagaimana bisa aku memberi jeda sementara sosokmu telah tak lagi ada di tempat yang sama?
Jeda yang ku maksud adalah tentang kelukaan hatiku. Adalah tentang kehilangan yang berontak menolak perpisahan. Beri jeda hatimu untuk berhenti menerima luka sebagai rasa yang aku maklumi untuk di terima. Beri jeda hatimu untuk kembali merasakan duka. Karena setelah perpisahan kenangan tidak akan dengan tenang menghilang. Kenangan akan meronta, menari-nari di sudut ingatan dan menggoda untuk di jamah kesedihan. Beri waktu hatiku untuk tahu, bahwa mungkin aku telah salah melabuhkan tubuhku pada dermaga rindu. Rupanya, mungkin saja ini cara Tuhan memberi tahu, bahwa setelah ini aku akan mengerti tentang betapa lelahnya hatimu memelihara rasa dalam duka. Mari memberi jeda agar rindu terasa tetap ada, agar aku dan kamu masih memiliki waktu untuk sekedar saling bertegur sapa. Kita harus tau tentang bagaimana poros hati berputar.
Semoga malam ini, mimpi tidak merefleksikan wajamu lebih nyata. Karna pikiranku begitu sangat mudah menjadikan sekenario dalam kemauanku, walaupun aku sangat menikmatinya walaupun aku sadar semuanya hanya mimpi, karna sebagus apapun mimpi tetaplah mimpi. Namun biarkan aku berbahagia dengan memimpikanmu, karna hanya memimpikanmu hidupku sudah terasa sempurna. Walaupun aku tau, kita seperti sedang berlari di satu roda yang berputar, semakin kencang kita berlari, semakin jauh terasa perjalnan, berfikir waktu telah membawa kita melewati banyak tempat sehingga kita lupa bahwa kita hanya berada pada roda yang berputar berlanan di tempat, tidak kemanapun.
Semua yang tidak dibicaran akan selalu menjadi rahasia.
@loalding
0 comments