Sore adalah waktu yang paling tepat untuk saling melepas penat. Tidak selalu perihal senja, meski kita datang untuk menatapnya namun sekali lagi ia tak menampakan diri. Kita masih bisa tertawa, masih bisa menebar warna. Sama halnya dengan rasa sayang, meski ia tak datang, kita masih bisa menghabiskan waktu sembari menunggunya utuh.
Aku hanya ingin kamu lebih sadar. Saat ini siapa yang benar-benar memperhatikan kamu. Menjadikan kamu satu-satunya alasan untuk tetap hidup sebagai manusia yang waras. Mengajak kamu untuk bangkit dari kematian yang seharusnya kamu tidak ada di dalamnya. Terlepas dari semua tujuan, destinasi akhir ini adalah kebahagiaan kamu. Kemanapun tujuannya. Kehati siapapun, ke tubuh manapun.
Kamu yang mengajarkan aku perihal memaafkan dan berdamai dengan masalalu. Kamu yang menjadi alasan aku mengesampingkan semua tujuan hidup dan memilih untuk menjadi satu yang paling memikirkan kamu. Kamu yang membuat aku sadar bahwa hidup bukan hanya perihal menuai yang kita tanam, kamu yang menjadikan aku menjadi orang yang lebih hebat. dan aku ingin kamu juga ada di jalan yang sama. Perihal perdebatan apapun, perihal masalah apapun. aku menyadari, aku tidak pernah benar. Sekali lagi aku katakan, aku-tidak-pernah-benar. Setiap malam aku menatap banyak kenangan yang telah kamu dan dia jalani. Photo-photo kalian, caption dan balasan komentar kalian. Kamu tahu apa yang aku rasakan? Menenangkan! Ya, menyenangkan
Kamu tahu kenapa?
Menenangkan dan menyenangkan sekali melihat kamu dengan tatap dan warna bahasa yang penuh bahagia. Aku selalu berfikir, "kapan aku yang akan menggantikan dia di dalam visual cahaya tersebut?" Tujuan aku menuliskan banyak bahasa puisi malam ini sebelum tidur bukan untuk kamu menyesakan semua kedalam rongga dada. Rasa, dan segenggam rindu ini ingin kamu memahami, kamu pantas bahagia. Luapkan, kekasihku. Luapkan semua emosi yang tidak terluapkan selama ini. Tumpahkan semua hal resah yang selalu mengundang duka sampai tiba habis tetes airmata terakhir kamu akan hidup kembali sebagai jiwa pencari cahaya. Kamu adalah sepasang sayap kunang yang menerangi malam kusam. Kamu adalah embun yang jatuh di antara rongga tanah kering, memberi kehidupan. Pada ranting daun yang mulai mematahkan tubuh. Menangis lah, malam ini. Sampai esok pagi, airmatamu menjadi sumber kehidupan semesta yang baru.
aku bersumpah sejadinya rupa, bahwa aku yang tidak akan pernah lupa, ada malam dimana kita pernah saling menumpahkan airmata. Pada ku yang bahkan masih terjebak dalam kenangan. Kau datang merubah perlahan, merubah haluan. Menuju kepulihan, siuman dari lamunan panjang. Mengetuk pintu yang selama ini diam. Membuka peran yang sempat saling tertahan memecah keheningan. Datang dengan tanpa kesengajaan. Kau,memberi ku sedikit demi sedikit kekuatan. Melupakan yang kelam, menatap lagi kedepan, bangkit dari kematian. Mendengarkan ceritamu dan ceritaku, lantas pada suatu malam dingin jauh dari jantung kota kau dan aku akan hebat bercerita perihal kita. Tentang bagaimana aku bisa menemukan rasi bintang di matamu, berwarna sendu dan beraroma kan rindu yang terdalam. Aku yakin kamu ada, aku bisa merasakannya, namun belum mampu mendekapnya. Kini di sekujur arteri tubuhmu, di antara anatomi bahasa tubuhmu, dimana aku dan segenggam rasa kau simpan secara utuh? Menetaplah, lebih lama. Dari apapun yang pernah ada. Dari siapapun yang bertahan lama. Dari perasaan-perasaan sia-sia. Dari pahit akibat gagal menjalani masa. Menetaplah, perlahan hingga pelan, aku memperhatikan lalu memberi jalan.
Aku hanya ingin kamu lebih sadar. Saat ini siapa yang benar-benar memperhatikan kamu. Menjadikan kamu satu-satunya alasan untuk tetap hidup sebagai manusia yang waras. Mengajak kamu untuk bangkit dari kematian yang seharusnya kamu tidak ada di dalamnya. Terlepas dari semua tujuan, destinasi akhir ini adalah kebahagiaan kamu. Kemanapun tujuannya. Kehati siapapun, ke tubuh manapun.
Kamu yang mengajarkan aku perihal memaafkan dan berdamai dengan masalalu. Kamu yang menjadi alasan aku mengesampingkan semua tujuan hidup dan memilih untuk menjadi satu yang paling memikirkan kamu. Kamu yang membuat aku sadar bahwa hidup bukan hanya perihal menuai yang kita tanam, kamu yang menjadikan aku menjadi orang yang lebih hebat. dan aku ingin kamu juga ada di jalan yang sama. Perihal perdebatan apapun, perihal masalah apapun. aku menyadari, aku tidak pernah benar. Sekali lagi aku katakan, aku-tidak-pernah-benar. Setiap malam aku menatap banyak kenangan yang telah kamu dan dia jalani. Photo-photo kalian, caption dan balasan komentar kalian. Kamu tahu apa yang aku rasakan? Menenangkan! Ya, menyenangkan
Kamu tahu kenapa?
Menenangkan dan menyenangkan sekali melihat kamu dengan tatap dan warna bahasa yang penuh bahagia. Aku selalu berfikir, "kapan aku yang akan menggantikan dia di dalam visual cahaya tersebut?" Tujuan aku menuliskan banyak bahasa puisi malam ini sebelum tidur bukan untuk kamu menyesakan semua kedalam rongga dada. Rasa, dan segenggam rindu ini ingin kamu memahami, kamu pantas bahagia. Luapkan, kekasihku. Luapkan semua emosi yang tidak terluapkan selama ini. Tumpahkan semua hal resah yang selalu mengundang duka sampai tiba habis tetes airmata terakhir kamu akan hidup kembali sebagai jiwa pencari cahaya. Kamu adalah sepasang sayap kunang yang menerangi malam kusam. Kamu adalah embun yang jatuh di antara rongga tanah kering, memberi kehidupan. Pada ranting daun yang mulai mematahkan tubuh. Menangis lah, malam ini. Sampai esok pagi, airmatamu menjadi sumber kehidupan semesta yang baru.
aku bersumpah sejadinya rupa, bahwa aku yang tidak akan pernah lupa, ada malam dimana kita pernah saling menumpahkan airmata. Pada ku yang bahkan masih terjebak dalam kenangan. Kau datang merubah perlahan, merubah haluan. Menuju kepulihan, siuman dari lamunan panjang. Mengetuk pintu yang selama ini diam. Membuka peran yang sempat saling tertahan memecah keheningan. Datang dengan tanpa kesengajaan. Kau,memberi ku sedikit demi sedikit kekuatan. Melupakan yang kelam, menatap lagi kedepan, bangkit dari kematian. Mendengarkan ceritamu dan ceritaku, lantas pada suatu malam dingin jauh dari jantung kota kau dan aku akan hebat bercerita perihal kita. Tentang bagaimana aku bisa menemukan rasi bintang di matamu, berwarna sendu dan beraroma kan rindu yang terdalam. Aku yakin kamu ada, aku bisa merasakannya, namun belum mampu mendekapnya. Kini di sekujur arteri tubuhmu, di antara anatomi bahasa tubuhmu, dimana aku dan segenggam rasa kau simpan secara utuh? Menetaplah, lebih lama. Dari apapun yang pernah ada. Dari siapapun yang bertahan lama. Dari perasaan-perasaan sia-sia. Dari pahit akibat gagal menjalani masa. Menetaplah, perlahan hingga pelan, aku memperhatikan lalu memberi jalan.