Kenangan tentangmu masih basah, mengental hitam dan menjadi bulan-bulanan duka. Setapak terjal dan batuan rindu, kenangmu adalah jalan pulang dari pendakian yang kemarin tak mampu ku gapai puncaknya. Ku lihat lagi, puing dingin dikaki lembah, turun pelan dibelantara suara sunyi, tempat dimana dulu kau dan aku pernah menghapus airmata. Ku pejam kan mata, kucari kamu: tak ada. Tepat bayangmu hilang setelah kemarin kau berjanji akan ada selamanya. Airmata terkuras, kering didasar hati. Tangis menepi, menyisakan isak dan rintih. Menangis tanpa bersuara, berduka tanpa berdoa. Malaikat kematian tersenyum menatap lara. Benar, kataku pada diriku sendiri. Ku buka mata, kamu tetap tak ada. Tepat dihadapanku menatap diriku sendiri, cermin. Kulihat mata sayu, rambut hitam yang kusam, ah bukankah dulu sebelum mengenalmu diri ini begitu mengagumkan? Kutatap lagi dalam, cermin semakin tajam. Airmata menyisakan jalur kesedihan di ujung mata. Ayolah diriku sendiri, sudah tugasmu untuk sembuh. Sebab mencintai bukan perkara aman. Selalu saja akan ada batu-batu tajam. Sesekali pecahan kaca, yang akan menuai luka di beberapa langkah. Seharusnya aku sadari dari awal. Aku ingin kembali berbicara dengan diriku sendiri, sehancur apapun kamu, dunia akan terus berjalan. Ayolah, masih banyak orang yang belum kamu temui, masih banyak tempat yang belum kamu pijak.
Hidup memang berjalan seperti bajingan, seperti rentetan luka yang tidak pernah lelah, Datang dan selalu datang mengusir bahagia, tidak ada hal apapun yang tersisa, harapan menjadi lembar kusam, hampir terkoyak, dibahasi airmata, meninggalkan bercak kesedihan, mengapa hidup hanya perihal perpisahan? Yang datang bersuara, singgah sementara saja, kemudian hilang tak terduga, bahkan kata pisahpun, tak sempat diucapkan. Akhir-akhir ini banyak sekali kehilangan yang datang. Bagaimana bisa? Sesuatu datang namun yang kurasakan adalah bentuk kehilangan?
Sebab mungkin kamu taktahu rasanya di khianati. Atau mungkin kamu tak memahami rasanya jatuh cinta sejatuh-jatuhnya namun hanya berbuah perih. Mungkin juga kamu tak pernah tahu bagaimana rasanya ditinggal pergi tanpa kata pisah. Bahkan kali saja kamu tak tahu rasanya tiba-tiba orang yang tersayang memutuskan hilang dan muncul dengan seseorang baru. Karena yang ku dapat hingga detik ini, hidup (hanyalah) perihal meninggalkan dan ditinggalkan. Tidak ada yang menetap apalagi janji manis dalam kata abadi.
Sebab mungkin kamu taktahu rasanya di khianati. Atau mungkin kamu tak memahami rasanya jatuh cinta sejatuh-jatuhnya namun hanya berbuah perih. Mungkin juga kamu tak pernah tahu bagaimana rasanya ditinggal pergi tanpa kata pisah. Bahkan kali saja kamu tak tahu rasanya tiba-tiba orang yang tersayang memutuskan hilang dan muncul dengan seseorang baru. Karena yang ku dapat hingga detik ini, hidup (hanyalah) perihal meninggalkan dan ditinggalkan. Tidak ada yang menetap apalagi janji manis dalam kata abadi.