Kata-Aldi

instagram
  • Teruslah Menulis Sampai Penamu Habis

DAUN JATUH

By Muhammad Renaldi - October 26, 2022
Hallo, saya Aldi, dan saya kembali.

Awalnya saya berfikir bahwa menulis untuk saat ini tidak akan semenarik dulu, namun nyatanya, menulis masih tetap menjadi bagian yang menyenangkan, ketika saya menulis, saya akan tetap mampu menjadi sisi lain di diri saya, atau minimal saya mampu menggambarkan keresahan-keresahan yang ada pada lingkungan saya. Untuk bait-bait dibawah yang saya tulis, saya terinspirasi dari lagu Resah Menjadi Luka yang di populerkan oleh Daun Jatuh, seperti punya magic tersendiri, lagu ini mampu membawa saya kedunia yang penulis lagu inginkan, saya mencoba menerjemahkan melalui tulisan saya. Semoga seperti dahulu kala ya, tulisan saya masih mampu masuk kedalam Realita kalian.

Nada-nada pasrah dari kisah kita akhirnya menyerah. Katanya kita terlalu cepat mengakhiri sesuatu yang belum pantas berakhir, mereka tak ingin lagi mangkir dari garis takdir. Jika dulu kita lelah melanjutkan kisah, kini kita lelah berpisah. Saat ego mengijinkan kita terpisah, rasa yang dulu tersembunyi oleh gengsi bahwa kita masih saling mengingini kini semakin bertambah.

Namun aku percaya, hadirnya jurang pemisah bukan tanpa suatu tujuan yang tidak beralasan. Itu mungkin hanya jeda yang melatih hati agar semakin dewasa. Agar kita sama-sama menjadi pemerhati yang peduli akan kondisi hati. Agar kita tahu seberapa besar cinta yang tersembunyi selama ini. Agar kita tahu selama apa hati telah absen mengungkapkan opininya sendiri.

Kita tidak akan pernah saling mencari lagi jika kita tidak benar-benar masih saling mengingini kan? Karena aku tahu, pada yang selain kamu hati tak bekerja sesempurna itu sebagai rumah untuk cinta. Karena kamu pun mengaku, pada yang selain aku rasa yang kau edarkan hanya sebatas rangkaian palsu. Kita pun sama-sama tahu, ada pekerjaan besar menunggu untuk melahirkan perbaikan-perbaikan bagi sebuah perasaan yang sempat kita sepelekan. Kita pun sama-sama tahu, kesempatan tidak datang dua kali pada yang berniat menyia-nyiakan.

Kita adalah dua anggota pasukan rasa yang melebur jadi satu nyawa. Untuk ketidak-akuran yang sering kali menyakitkan, semoga pada detik berikutnya kedewasaan bisa mengalahkan. Mendahulukan hati, menomor-duakan gengsi, dan menaruh urusan-urusan pribadi pada urutan yang kesekian

Aku tidak akan menaruh janji, aku tidak akan mengecap kata ‘selamanya’ pada garis edar perasaan kita. Aku tidak akan mempertanyakan pada Tuhan bagaimana nantinya akan berkelanjutan. Yang aku tahu, aku tak pernah memiliki rasa lelah untuk berpisah dengan sesiapa terkecuali kamu.

Aku lelah berpisah, aku tak tahu lagi jelasnya suatu arah. Memikirkan kata 'pisah’ seperti ada ketidakrelaan yang menggantung ditiap hurufnya. Aku masih memikirkan kelanjutan cerita kita,

Yang pernah jadi kekasihmu.
Sampai pagi ini, aku masih menasbihkan namamu dalam doa yang begitu fasih.

Sedemikian rupa kata terangkai menjadi bait puisi, sebuah aksara terkirim dalam doa yang nyata, semoga Tuhan mendengarkan karena aku mengirimkan doa atas namamu dengan begitu indah

Ya, kurasa...kamu adalah kenangan yang akan mengabadi, seandainya lewat sebongkah harapan yang aku tanamkan, aku lebih cepat saat itu memahami bagaimana kita sebagai manusia seharusnya membawa doa dalam tiap cinta kita. Entah aku saja, atau memang kita yang ada di dalamnya

Namun hujan hari ini dan daun-daun yang berjatuhan saat ini, menyadarkan aku bahwa selepas kepergian rindu, aku tak menemukan apapun di balik serpihan hujan. Ya, kau beranjak, tak menghiraukan doa yang aku lepaskan untuk tumbuh dalam tandusnya ruang kepedulianmu terhadapku, atau m
ungkin alam semesta yang tak mampu menerimanya dan mungkin waktu yang tak memberi kesempatannya. Setelah setiap luka yang kau asuh meredahkan perihnya, kau lupa aku juga terluka. Dan akupun lupa bahwa aku bukan lagi sosok yang kau cintai.

Oktober hampir berlalu pergi, aku membungkus rapi setiap harapan. Bagaimana mungkin cinta dan rinduku tetap tumbuh subur sementara di hadapanku kau menjadikan hatimu sebagai ladang tandus yang begitu gersang? Mengalihkan pandangan, tak lagi melihatku yang mulai meradang.

Dari hati yang berusaha terus meminta ruang kau memilih pergi sebagai alasan untuk tidak berjumpa kembali di pertemuan selamanya. Rindu semakin meruncingkan jarumnya, menyulam rasa menjadi satu nyawa yang hidup dalam ketidak-tahuan kapan ia akan dibalas sendu. Oktober rupanya tak cukup panjang untuk aku meyakinkan hatimu kembali, meruntuhkan setiap ego jiwaku dan membangun kembali ruang cinta dalam aksara tanpa kata. Aku berteriak, mengutuk diri, membunuh perih, semakin sesak dalam sekat paru-paru yang semakin kehilangan udara. Kehilangan keyakinan dari kamu yang semakin kurasakan menghilang dan terhalang.

Kamu, adalah kenangan luka terindah yang Oktober berikan tahun ini. Pertemuan, dan perpisahan. Semua saling bersinggungan dalam satu garis kehidupan. Arah yang membawa langkah, kehilanganmu adalah agenda yang tidak pernah tertulis sebelumnya, ingin menerima, meskipun pada akhirnya aku tetap kalah pada situasi yang membuatku resah. Namun aku hanya ingin menyampaikan dalam ruang-ruang kecil yang tersisa saat ini, aku akan tetap disini, m
enunggu alam semesta menerima, dan angin membawakan jawabannya, karena detak jantung dan nadiku akan selalu, merindukanmu.


Sampai Jumpa 
Aldi.
  • 0 Comments
  • Share:

Raja Zeus dan Ratu Neptunus

By Muhammad Renaldi - February 19, 2022

Hai, saya kembali, setelah kurang lebih saya Hiatus tujuh bulan dari blog ini akhirnya saya kembali hari ini, saya kembali atas desakan beberapa Manusia untuk saya kembali menulis, saya tau tulisan saya belum sebaik Raditya Dika atau J K Rowling namun saya rasa "Terusalah Menulis Hingga Penamu Habis" harus saya ingat betul. Beberapa bulan kebelakang orientasi saya menulis bukan tentang karya dan penikmat lagi, namun saya ingin selalu membawa nilai-nilai emosional kedalam tulisan saya sehingga Ekspetasi saya terhadap tulisan saya terlalu tinggi, namun beruntungnya saya punya Tami yang selalu mengingatkan saya bahwa menulis adalah bagian dari kehidupan saya. Mari kita masuk kedunia yang belum pernah kita temui sebelumnya.

         Pacarku tidak akan menulis balasan untuk surat-suratku. Dia bicara dengan bahasanya sendiri. Dia membaca, mengunyah kata-kataku, menelannya dengan lembut, dalam kesunyian yang seringkali sulit kupahami. Kalau saat ini dia sedang duduk di depanku dengan gayanya yang selalu chill itu mungkin akan dipegangnya tanganku sambil dia bilang, “Teruslah bertumbuh dan berhenti mengeluh.”

Memang, selain pencemburu ulung, aku sepertinya berbakat jadi pengeluh ulung. Setiap hal, mulai dari yang kecil, bisa membuatku gila jika menurutku mereka tidak berada pada tempatnya. Sayangnya aku keseringan luput memahami bahwa dunia gak melulu berjalan seperti menurutku. Bisa juga menurut pacarku. Dan itu sah luar dalam. Yang selalu membuat aku bahagia, pacarku selalu punya cara meredam setiap emosiku ketika menghadapi dunia yang bajingan ini, dia selalu pandai mengingatkan ku bahwa mengalah bukan bagian dari kalah, dia mampu membisikan kata-kata ajaib yang mampu membuat berfikir bahwa membuktikan diriku besar kepada sesuatu yang kecil tidaklah berguna.

Pacarku bukan orang yang definitif. Kebutuhannya bukan mendefinisikan setiap istilah yang ia temukan. Dia lebih senang punya pengalaman dan belajar dari sana. Bukan pakai KBBI, melainkan intuisi. Aku sendiri sadar susah sekali menguraikan dia sebagai seorang manusia yang begitu — manusia yang gak berkutat di kamus, tapi bisa membawakan seisi dunia ketika berbicara denganku.

Kurasa pacarku ini jelmaan dari aku ingin mencintaimu dengan sederhana-nya Sapardi. Yang hujan biar jadi hujan, yang abu biar jadi abu. Dalam satu whatsapp-nya, dia bilang, “puisi boleh puitis, film boleh dramatis, tapi hidup jangan.” Aku langsung paham dan tersedak. Jujur saja, bukan dia yang pertama kali bilang ini, tapi ini pertama kalinya aku memercayai orang yang mengatakan ini.

Ketenangannya ini persis seorang Stoic. Dia akan berusaha sesantai-santainya supaya pembawaan anxious attachment-ku tidak memengaruhi dirinya. Bukan berarti dia tidak bisa marah. Untuk setiap kesalahanku yang ditangkapnya, dia berpotensi meneriaku. Untuk sinisme yang seringkali kulontarkan, dia berpotensi kesal sekesal-kesalnya. Tapi dia tidak pernah meludahiku. Dia yang mampu mengingatkan ku bahwa orientasi kehidupan selain di terima namun pula menerima, aku yang di paksakan dewasa oleh orientasiku sendiri terkadang tidak mampu memaafkan diriku sendiri namun dia selalu punya cara untuk memberikan maaf atas segala kegagalan ku.

Dia punya pandangan lain yang tidak mampu aku definisikan, aku ingat betul ketika aku dalam keadaan setengah gila, dia datang untuk menemaniku gila, ya tidak dia pernah berniat untuk menyembuhkan ku, Ratu Neptunus ini tau bukan tugas dan tanggung jawab dia untuk menyebuhkan Gila dan sakitnya, Tugas dia adalah menemaniku hingga aku waras dan normal. Diapun tidak pernah melarang ku untuk menangis, selalu dia berucap “Nangis saja, kamu tetap terlihat hebat walaupun menangis” .

Dan layaknya peramal dia bilang kepada ku bahwa tulisanku tetap bernyawa walau sepi pembaca, padahal dia sering kali tidak paham dengan istilah-istilah yang aku gunakan. Namun dia benar hari ini aku membuktikan bahwa aku masih dapat menulis, dan tulisan ini aku dedikasikan untuk wanita ini. Aku mencoba keluar dari tulisan aku biasanya agar dia mudah menegrti apa yang aku maksud. Setajam-tajamnya pengamatanku, pengamatannya jauh lebih tajam. Ia memakai perspective taking dengan caranya sendiri. Ia tidak pernah bilang “aku ini pakai perspective taking loh!”. Dia gak tahu istilah itu. Aku yang tahu. Dan dia memang tidak memerlukan suatu istilah apa pun untuk mendefinisikan perilakunya. Pacarku memang sederhana, tapi tidak sepele. Hidupnya mengamini kunfayakun yang difirmankan Tuhan kami. Terimakasih Tami, sudah mampu mengubah sudut pandangku terhadap dunia.

Salam Hangat

Aldi.

 

 


  • 0 Comments
  • Share:
Newer
Stories
Older
Stories

Kamu pembaca ke

Yang Terdahulu

  • ►  2025 (1)
    • ►  April (1)
  • ►  2024 (2)
    • ►  May (1)
    • ►  March (1)
  • ►  2023 (1)
    • ►  November (1)
  • ▼  2022 (2)
    • ▼  October (1)
      • DAUN JATUH
    • ►  February (1)
      • Raja Zeus dan Ratu Neptunus
  • ►  2021 (2)
    • ►  June (1)
    • ►  April (1)
  • ►  2020 (8)
    • ►  October (1)
    • ►  September (1)
    • ►  August (1)
    • ►  July (2)
    • ►  May (1)
    • ►  January (2)
  • ►  2019 (9)
    • ►  September (1)
    • ►  August (3)
    • ►  July (1)
    • ►  June (1)
    • ►  May (1)
    • ►  March (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2018 (7)
    • ►  November (2)
    • ►  October (1)
    • ►  August (1)
    • ►  March (1)
    • ►  February (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2017 (3)
    • ►  November (1)
    • ►  June (1)
    • ►  May (1)

Temui saya juga di:

  • Soundcloud
  • Spotify
  • Youtube
  • instagram
  • Twitter
  • facebook

Created with by BeautyTemplates.

Back to top