P R O L O G

By Muhammad Renaldi - Tuesday, November 21, 2023

Hallo, selamat malam, sudah lama tulisan ini tidak mengudara, masih dalam keadaan yang sama bukan? Semoga selalu diberi kesehatan dan kebahagiaan, ada yang harus dimulai yang sudah lama berhenti, ada yang harus di perbaiki, sebelum semakin tumbuh layu. Selamat menikmati, semoga masih sama seperti yang dulu.

Kakiku melangkah pada sekumpulan angin yang lewat. Berdoa agar rinduku terbawa olehnya. Entah sampai padamu atau hilang entah kemana. Tapi yang kurasa angin begitu dingin. Sedingin angin terakhir kali. Yang membuatku bertanya, bolehkah aku merindukanmu, sekali lagi?  Namun saat ini yang aku punya hanya cerita dikepala, begitu membekas dan terkenang.

Meski masih banyak yang belum sempat aku katakan padamu. Tentang pagi yang membawa merah langit, mengusik ketenangan kita dan mengabaikan beberapa rencana. Masih banyak yang belum sempat aku katakan, tentang keikhlasan Adam yang di pisahkan dari Hawa ketika mereka di turunkan ke dunia. Masih banyak yang belum sempat aku sampaikan padamu, perihal aku yang masih senantiasa menyimpan rindu. Tentang aku yang kini mendekap hebat pada kisah jatuh cinta sendirian. Masih banyak yang belum sempat aku ceritakan padamu, bahwa kini sejak kepergianmu malam itu sepasang mata ini hanya melihat warna sebagai bayangan hampa. Ada banyak sekali hal yang bisa kita bicarakan, seharusnya. seandainya kamu tidak buru-buru memilih hilang dan pergi.

Belum ada jiwa lain yang bisa memperbaiki, menyembuhkan atau mungkin membuatku jatuh cinta lagi. Puaskah kamu memenangkan seluruh pusat perhatianku? Kamu itu nadi, tombol penggerak dan penghenti segala kerja hati

Aku tak peduli lagi dengan gengsi, aku tak ingin lagi berpura-pura setuju dengan perpisahan itu, aku tak bisa lagi berperan seolah-olah jadi yang paling kuat. Aku tak ingin kamu hanya berdiri dan menyesali. Aku ingin kamu menghampiriku dan berbisik,

“Aku telah pulang”

Tanpamu, ada hal-hal sederhana yang kini baru kusadari terasa begitu istimewa. Aku sudah terbiasa dengan serangkaian hari kita yang penuh dengan peristiwa-peristiwa manis. Dari bertukar selamat pagi dan selamat malam sebagai pengawal dan batas usainya hari

Berlomba menjadi yang lebih rindu untuk mengajak bertemu. Atau caramu membuatku ingin selalu bermanja di bahumu dengan mengacak-acak rambutku dengan lembut. Sungguh, aku sudah terlalu terbiasa. Dan tanpamu, yang kurasa hanya hampa. Tanpamu, mereka menyoroti pandangan-pandangan aneh bahwa kita tak pernah berhasil mengikat cinta

Benarkah? Apa tak bisa kita bantah apa yang mereka katakan? Kita memang tak berhasil, tapi bukankah kita masih saling mencintai? Aku hanya tak ingin jauh, tak ingin membiarkan orang lain mengisi hatimu, membiarkan orang lain mengganti posisiku di ruang pikirmu

Karena yang kuinginkan hanya aku yang dijadikan tempat pertama olehmu. Ingatlah rasa-rasa pertama kali saat kamu mulai menjatuhkan hati. Indah bukan?

Ada yang berbeda, ketika mata kita saling bertemu di titik yang sama. Ada yang bergetar tanpa mengenal irama, kala senyum melebar, meski entah dipersembahkan untuk siapa.

Larut pada wisata masalalu mengatasnamakan rindu. Lantas, sampai kapan jiwa akan terbuai sendu? Kali ini, mari tutup kisah nestapa dengan bersedih bersama-sama, secukupnya saja karena esok hari yang baru akan menunggu kita di batas persimpangan senja

Pada akhirnya kita dibuat mengerti bahwa hal yang pernah berakhir sia-sia tidak selamanya akan terbuang begitu saja. Mereka akan tertanam dan tumbuh sebagai alasan mengapa jiwa harus bertahan. Pada rasa sakit yang perih, aku memantaskan diri. Untuk sebuah usaha bangkit dari nelangsa, agar raga lekas siuman dari luka. Secukupnya saja, mari menikmati duka. Karna beberapa orang hanya lelah, bukan menyerah. Beberapa orang hanya berhenti, bukan mengakhiri. Dan Beberapa orang hanya mengambil jeda, bukan membunuh harapan-harapan di kepala.

Mrnldi

  • Share:

You Might Also Like

0 comments