Kata-Aldi

instagram
  • Teruslah Menulis Sampai Penamu Habis

PARADE PERAYAAN KEHILANGAN

By Muhammad Renaldi - April 06, 2025
Hai, selamat malam, aku buka kalimat pertama pada tulisan ini dengan "pernyataan" bahwa aku kehilangan mantra indah untuk menulis, aku hanya bisa menuliskan sajak-sajak liar yang ada difikiran ini. Tidak ada lagi cerita yang bersambung atau bait-bait Romantis seperti surat cinta Raja Zeus ke Ratu Neptunus.

Mari memulai petualangan ini, kita buka Alenia pertama ini dengan kalimat, "Aku jatuh cinta dengan ketidakmungkinan kita".  Ber-ulang kali aku percaya ketidak mungkinan kita, namun ribuan kali aku percaya mungkin ada doaku yang suatu hari akan mampu meluluhkan sang Pencipta, menggetarkan langit dan merubah sebuah takdir yang salah. Aku terjebak dengan kata lama yang sayang kuakhiri. Aku terjebak dengan penderitaan cinta yang kupersilahkan datang. sebegitu berat dan mati-matianya menghapus seseorang yang selalu kubawa dalam tiap doaku, karna aku percaya dari banyaknya bahasa cinta, aku percaya bahwa doa akan selalu sampai dengan perjalan cepat atau lambat, begitu indah ketika sebuah doa dibibirku menceritakan tentang cinta yang ada didalam hatiku. Kau tahu mengapa warna langit indah selalu kutunggu Dan kupandangi? begitu lama sampai warnanya hilang kembali? Karna aku berharap, warna-warna indah dapat membuatmu tak selalu merasa gelap, dan bila di kehidupan ini, pada akhirnya kita tidak pernah sampai pada kebahagiaan yang kita nantikan, semoga sebelum semuanya benar-benar berakhir, hadirku menjadi kebahagiaan untuk dirimu, aku menukar semua kesempatanku untuk bahagia hanya untuk bersama luka sepertimu, bahkan, cinta yang begitu manispun pada akhirnya hanya menjadi abu kematian dari sebuah hati yang terlalu yakin untuk dibahagiakan. Sebenarnya yang hilang dari hidupku hanya dirimu, tetapi mengapa rasanya seperti menghabisi setengah dari diriku? Seseorang yang paling mampu menghancurkanku adalah seseorang yang aku simpan paling dalam di hatiku, Aku percaya dengan kalimat "Cintamu adalah tipuan yang selalu ingin kunikmati", kamu mematahkan perasaanku, tapi aku tetap berfikir mengenalmu adalah pilihan yang terbaik dan sesaat aku menyadari, betapa aku mencintaimu. sejujurnya saat kapal ini berlabuh kembali, aku ingin mencintaimu tanpa ada ketakutan didalamnya. Aku jatuh cinta padamu lalu aku membiarkan tahun demi tahun berganti dan aku tetap jatuh cinta padamu, bahkan saat orang menganggapmu tak berarti, aku tetap menjadikanmu seseorang yang paling berarti dalam hidupku. Kamu bagai mentari pagi dan aku bagai mentari terbenam, kita ada di langit yang sama tetapi tak bisa bersama, Aku hanya sedang menghentikan ketidakmungkinan kita untuk bersama, bukan berhenti untuk mencintaimu. Permintaan maaf yang sama-sama kita sampaikan dipenghujung pesan singkat itu bukan obat ajaib, dia hanya mampu menghapus rasa bersalah bukan rasa sakit, aku tau tidak semua pertandingan harus dirayakan dengan kemenangan, namun apakah kamu tahu? Satu-satunya jiwa yang aku ingin ajak berlari menjauhi dunia yang tidak pernah adil justru mematahkan kakiku. Aku berusaha menyelamatkan diriku dari lautan kekecewaan namun setelah ku sadar, aku baru mulai berusaha saat aku sudah sampai didasarnya, dari kalimat-kalimat patahku diatas dan seandainya dunia memberiku pilihan akan hati yang ku jatuhkan, aku tetap memilihmu berulang kali, walau dengan resiko yang sama. Karna Duniaku, melepaskanmu bersemai dengan yang lain adalah pilihan yang tak akan pernah ingin ku pilih, Entah doa ku yang mana yang mengantarkanku pada kehilanganmu (lagi), karna sesuatu yang dilepaskan secara terpaksa, sakitnya tidak pernah sederhana, dengan bodohnya aku mengharapkan akhir yang berbeda dari buku yang kubaca kesekian kalinya.


Lantas bagaimana rasanya abadi dalam karya-karya ku? 
  • 0 Comments
  • Share:

Kesimpulan dari sebuah kisah yang gagal

By Muhammad Renaldi - May 03, 2024
Aku terjaga dalam rasa khawatir yang luar biasa, apa semua akan baik-baik saja? 

Lantas bagaimana aku bisa terlelap begitu saja sedangkan rasa ini tetap meganggu, akhirnya aku mempunyai kesimpulan dari kisah yang kamu sebut rumit ini "Kita telah jauh berbeda" karna tidak semua pergi harus kembali, tidak semua yang hancur harus diperbaiki. beberapa kisah harus
direlakan untuk diakhiri, yang membuang sedang merayakan sedangkan yang dibuang sedang berusaha mati-matian menerima kenyataan. kamu adalah luka yang ingin kupeluk berulang kali,
lagi, lagi dan lagi. Jadilah asing hingga semuanya
memudar, bahkan jika rasa rindu datang untuk menyerang kembali, aku akan terus berusaha memendamnya sampai menghilang. sebagaimana kisah itu tercipta, aku akan selalu mengingatmu sebagai satu-satunya orang yang selalu aku usahakan dalam segala hal pada masanya, dan semoga penggantiku saat ini juga dapat memberikan bentuk usaha yang serupa atau bahkan lebih atas segala hal yang membuatmu bahagia. kelak semua akan memudar secara perlahan, termasuk dengan rasa sakitmu, rindumu, dan juga kecewamu. teruslah melangkah walaupun jalannya tidak mudah, percayalah bahwa pada akhirnya waktu juga akan turut serta membiasakan semuanya. Entah kemanapun jalan takdir membawa kita, kau akan selalu kuingat sebagai orang yang kuusahakan sampai segitu kuatnya. Waluapun pada akhirnya harus kuulangi kembali —perihal melupakanmu, ternyata aku sangat segagal itu. aku sudah tidak ingin menyalahkan siapa-siapa. jadi, kubiarkan semua perasaan menyedihkan itu larut dengan sendirinya. Dan nyatanya aku benar-benar kehilangan nyali terakhir itu. 

Have a nice day.
  • 0 Comments
  • Share:

Terimakasih, Tuhan

By Muhammad Renaldi - March 13, 2024
Masa lampau adalah wahana favorit ketika dulu hidup terasa jauh lebih mudah.

Aku bersyukur masih bisa merasakan apapun hari ini. Ada getir, takut, kecewa, amarah, harapan, dan segala yang menyertainya. Barangkali hidup memang seperti ini, terus menerus bertaruh pada hal yang belum terjadi, dan mempersiapkan diri sebaik-baiknya.

Namun rasanya buruk sekali. Tidak ada yang dapat mengalahkan kesedihan dari mengetahui kita adalah pihak yang ditinggal. Dalam keadaan begitu, hidup pasti bersifat hitam-putih dan kategoris mutlak antara jahat-baik, benar-salah, setan-malaikat, bajingan-baik budi. Lalu sebenarnya aku harus apa? Menyerah salah, melangkah lelah, diam di tempat tak mengubah apa-apa.

Aku buka dengan kalimat sederhana:
Mencintaimu adalah derita, berhenti mencintaimu adalah siksa, tidak bisa kembali kemasa lalu untuk menghindari pertemuan pertama kita, tidak pula bisa kupercepat berlajannya waktu agar tak perlu merasakan perihnya tak bersama, memaksakan hasrat adalah mustahil, tak memiliki daya melawan realita, mencari pegantipun adalah nihil, membohongi hati adalah konyol dan sia-sia lalu aku harus bagaimana? aku terjebak dalam simalakama.

"bagaimana kelanjutanmu dengannya?"
"sudah lama usai"
''lantas mengapa kau masih memikirkan
dan merindukannya?"
"yang usai hubungan, bukan perasaan"
"bagaimana dengan ikhlasmu untuk
merelakan dirinya bahagia?"
"sudah ikhlas."
jika sudah ikhlas, lalu mengapa kau
masih saja merindukannya?"
"aku hanya mengikhlaskan, bukan
melupakan."

Lantas mengapa aku pikir semuanya akan mereda, aku sudah berusaha namun terkesan sia-sia, aku masih memikirkan dan mencoba memahami apa sesungguhnya aku sudah benar-benar ikhlas? mengapa aku masih merasa belum bisa lupa dan lepas dari segala angan-angan tentangnya.

Jika melepaskan adalah keindahan, maka meninggalkan adalah keberanian. Sementara itu mencintaimu akan selalu menjadi keabadian. Dan kamu adalah satu-satunya patah hati yang tidak bisa aku benci.

Aku pernah menjadi tetes air untuk orang yang menyimpan laut dalam dirinya, aku pernah mencoba menciptakan ramai untuk orang yang menyediakan pesta dalam dirinya. Tahun-tahun berlalu begitu saja. Ribuan hari pergi membawa cerita-cerita yang kita rangkai. kamu adalah orang yang pertama kali membuatku jatuh cinta sejatuh-jatuhnya, dan juga orang yang membuatku kecewa sedalam-dalamnya. Yang digenggam sekuat hatipun akan tetap terlepas bila bukan menjadi takdirnya. Yang dijaga sebaik-baiknya pun akan tetap hilang bila sudah habis masanya. Aku sempat menyangka kamu adalah seseorang yang dikirimkan Tuhan untuk kumiliki, tapi ternyata kamu adalah seseorang yang dikirimkan Tuhan agar aku belajar arti kehilangan. Sekarang, aku tidak tahu kamu ada di mana, bersama siapa, dan bercerita tentang apa pada pasanganmu. Terlepas dari apa yang sudah terjadi aku tak pernah menyalahkanmu atas rasa sakit terburuk yang kualami saat ini, karena pada dasarnya kamu adalah patah hati yang kuciptakan sendiri, dan untukmu, doaku tak sekali pun lupa kuhadiahkan, memohon agar kamu selalu baik-baik saja. Setiap kali aku mencoba berjalan memunggungi kenangan, ada begitu banyak hal yang menarik lengan ini ke belakang. Dadaku sesak, ingatanku kembali tertuju pada sosok yang telah lama pergi. Aku pernah kehilangan seseorang, tapi tidak pernah sekehilangan ini. Kamu adalah seseorang yang pernah membuatku tak henti hentinya bersyukur sebab dipertemukan Tuhan denganmu. Kamu adalah seseorang yang pernah membuatku tak lagi mencari pelengkap hidup karena kumerasa sudah menemukanmu. Namun, kamu tidak untukku. Kamu untuk orang lain. Aku hanya diperkenankan Tuhan untuk mengenalmu, bukan memilikimu. Dan. disinilah aku sekarang. Tenggelam di dalam kepalaku sendiri. Dikutuk untuk mendekam dalam sebuah keadaan. Menjadi seseorang yang tak lagi diingat, oleh seseorang yang tak sedikit pun bisa kulupakan.

Pergilah, cari kebahagiaanmu yang tak pernah kau temukan pada diriku, kejar mimpimu yang tak pernah ingin kau wujudkan bersamaku, tak apa, aku rela. Jangan cemaskan bagaimana aku tanpamu, jangan tanyakan bagaimana aku merawat lukaku. Namun, di saat kamu sudah benar-benar bahagia, izinkanlah aku memohon satu hal padamu, Sempatkanlah sesekali kamu berdoa untukku agar Tuhan memampukan hatiku melupakanmu, hanya itu. Jadi sekali lagi, aku terima perubahan hari-hariku tanpamu, aku lepaskan enkau, Karena nyatanya memang tidak akan pernah ada kesempatan kedua untuk yang dengan sengaja melukai hati yang pernah benar-benar percaya padaku. jika seseorang benar-benar ingin bertahan, dia hanya butuh satu alasan saja, meski itu alasan yang tidak masuk akal sekalipun. Jika pada dasarnya kamu memang ingin bertahan, maka kamu akan tetap bertahan, tidak peduli ketika ada puluhan ribu alasan yang lebih masuk akal yang bisa kamu pakai untuk meninggalkan. Karena, tak ada yang lebih menyakitkan daripada mencintai seseorang yang tidak ditakdirkan untuk dimiliki. Dan pada akhirnya, kita hanyalah dua insan yang pernah berjanji untuk tidak saling meninggalkan. 

Pada bait terakhir tulisan ini, jangan permasalahkan kenapa aku menuliskan cerita ini lagi. Aku cuma peduli, bukan berarti ingin kembali. Aku cuma bertanya, bukan mengajak berkelana. Jangan pikir macam-macam lagi, soal kita. Sudah jelas semuanya. Usai dan sirna. 

Terimakasih untuk masih menyempatkan waktu membaca tulisan ini. Karna Aku menulis menurut niatku. Dan jangan kalian, menafsirkan perkataanku menurut niat kalian masing-masing.

Mrnldi
  • 0 Comments
  • Share:

P R O L O G

By Muhammad Renaldi - November 21, 2023
Hallo, selamat malam, sudah lama tulisan ini tidak mengudara, masih dalam keadaan yang sama bukan? Semoga selalu diberi kesehatan dan kebahagiaan, ada yang harus dimulai yang sudah lama berhenti, ada yang harus di perbaiki, sebelum semakin tumbuh layu. Selamat menikmati, semoga masih sama seperti yang dulu.

Kakiku melangkah pada sekumpulan angin yang lewat. Berdoa agar rinduku terbawa olehnya. Entah sampai padamu atau hilang entah kemana. Tapi yang kurasa angin begitu dingin. Sedingin angin terakhir kali. Yang membuatku bertanya, bolehkah aku merindukanmu, sekali lagi?  Namun saat ini yang aku punya hanya cerita dikepala, begitu membekas dan terkenang.

Meski masih banyak yang belum sempat aku katakan padamu. Tentang pagi yang membawa merah langit, mengusik ketenangan kita dan mengabaikan beberapa rencana. Masih banyak yang belum sempat aku katakan, tentang keikhlasan Adam yang di pisahkan dari Hawa ketika mereka di turunkan ke dunia. Masih banyak yang belum sempat aku sampaikan padamu, perihal aku yang masih senantiasa menyimpan rindu. Tentang aku yang kini mendekap hebat pada kisah jatuh cinta sendirian. Masih banyak yang belum sempat aku ceritakan padamu, bahwa kini sejak kepergianmu malam itu sepasang mata ini hanya melihat warna sebagai bayangan hampa. Ada banyak sekali hal yang bisa kita bicarakan, seharusnya. seandainya kamu tidak buru-buru memilih hilang dan pergi.

Belum ada jiwa lain yang bisa memperbaiki, menyembuhkan atau mungkin membuatku jatuh cinta lagi. Puaskah kamu memenangkan seluruh pusat perhatianku? Kamu itu nadi, tombol penggerak dan penghenti segala kerja hati

Aku tak peduli lagi dengan gengsi, aku tak ingin lagi berpura-pura setuju dengan perpisahan itu, aku tak bisa lagi berperan seolah-olah jadi yang paling kuat. Aku tak ingin kamu hanya berdiri dan menyesali. Aku ingin kamu menghampiriku dan berbisik,

“Aku telah pulang”

Tanpamu, ada hal-hal sederhana yang kini baru kusadari terasa begitu istimewa. Aku sudah terbiasa dengan serangkaian hari kita yang penuh dengan peristiwa-peristiwa manis. Dari bertukar selamat pagi dan selamat malam sebagai pengawal dan batas usainya hari

Berlomba menjadi yang lebih rindu untuk mengajak bertemu. Atau caramu membuatku ingin selalu bermanja di bahumu dengan mengacak-acak rambutku dengan lembut. Sungguh, aku sudah terlalu terbiasa. Dan tanpamu, yang kurasa hanya hampa. Tanpamu, mereka menyoroti pandangan-pandangan aneh bahwa kita tak pernah berhasil mengikat cinta

Benarkah? Apa tak bisa kita bantah apa yang mereka katakan? Kita memang tak berhasil, tapi bukankah kita masih saling mencintai? Aku hanya tak ingin jauh, tak ingin membiarkan orang lain mengisi hatimu, membiarkan orang lain mengganti posisiku di ruang pikirmu

Karena yang kuinginkan hanya aku yang dijadikan tempat pertama olehmu. Ingatlah rasa-rasa pertama kali saat kamu mulai menjatuhkan hati. Indah bukan?

Ada yang berbeda, ketika mata kita saling bertemu di titik yang sama. Ada yang bergetar tanpa mengenal irama, kala senyum melebar, meski entah dipersembahkan untuk siapa.

Larut pada wisata masalalu mengatasnamakan rindu. Lantas, sampai kapan jiwa akan terbuai sendu? Kali ini, mari tutup kisah nestapa dengan bersedih bersama-sama, secukupnya saja karena esok hari yang baru akan menunggu kita di batas persimpangan senja

Pada akhirnya kita dibuat mengerti bahwa hal yang pernah berakhir sia-sia tidak selamanya akan terbuang begitu saja. Mereka akan tertanam dan tumbuh sebagai alasan mengapa jiwa harus bertahan. Pada rasa sakit yang perih, aku memantaskan diri. Untuk sebuah usaha bangkit dari nelangsa, agar raga lekas siuman dari luka. Secukupnya saja, mari menikmati duka. Karna beberapa orang hanya lelah, bukan menyerah. Beberapa orang hanya berhenti, bukan mengakhiri. Dan Beberapa orang hanya mengambil jeda, bukan membunuh harapan-harapan di kepala.

Mrnldi

  • 0 Comments
  • Share:

DAUN JATUH

By Muhammad Renaldi - October 26, 2022
Hallo, saya Aldi, dan saya kembali.

Awalnya saya berfikir bahwa menulis untuk saat ini tidak akan semenarik dulu, namun nyatanya, menulis masih tetap menjadi bagian yang menyenangkan, ketika saya menulis, saya akan tetap mampu menjadi sisi lain di diri saya, atau minimal saya mampu menggambarkan keresahan-keresahan yang ada pada lingkungan saya. Untuk bait-bait dibawah yang saya tulis, saya terinspirasi dari lagu Resah Menjadi Luka yang di populerkan oleh Daun Jatuh, seperti punya magic tersendiri, lagu ini mampu membawa saya kedunia yang penulis lagu inginkan, saya mencoba menerjemahkan melalui tulisan saya. Semoga seperti dahulu kala ya, tulisan saya masih mampu masuk kedalam Realita kalian.

Nada-nada pasrah dari kisah kita akhirnya menyerah. Katanya kita terlalu cepat mengakhiri sesuatu yang belum pantas berakhir, mereka tak ingin lagi mangkir dari garis takdir. Jika dulu kita lelah melanjutkan kisah, kini kita lelah berpisah. Saat ego mengijinkan kita terpisah, rasa yang dulu tersembunyi oleh gengsi bahwa kita masih saling mengingini kini semakin bertambah.

Namun aku percaya, hadirnya jurang pemisah bukan tanpa suatu tujuan yang tidak beralasan. Itu mungkin hanya jeda yang melatih hati agar semakin dewasa. Agar kita sama-sama menjadi pemerhati yang peduli akan kondisi hati. Agar kita tahu seberapa besar cinta yang tersembunyi selama ini. Agar kita tahu selama apa hati telah absen mengungkapkan opininya sendiri.

Kita tidak akan pernah saling mencari lagi jika kita tidak benar-benar masih saling mengingini kan? Karena aku tahu, pada yang selain kamu hati tak bekerja sesempurna itu sebagai rumah untuk cinta. Karena kamu pun mengaku, pada yang selain aku rasa yang kau edarkan hanya sebatas rangkaian palsu. Kita pun sama-sama tahu, ada pekerjaan besar menunggu untuk melahirkan perbaikan-perbaikan bagi sebuah perasaan yang sempat kita sepelekan. Kita pun sama-sama tahu, kesempatan tidak datang dua kali pada yang berniat menyia-nyiakan.

Kita adalah dua anggota pasukan rasa yang melebur jadi satu nyawa. Untuk ketidak-akuran yang sering kali menyakitkan, semoga pada detik berikutnya kedewasaan bisa mengalahkan. Mendahulukan hati, menomor-duakan gengsi, dan menaruh urusan-urusan pribadi pada urutan yang kesekian

Aku tidak akan menaruh janji, aku tidak akan mengecap kata ‘selamanya’ pada garis edar perasaan kita. Aku tidak akan mempertanyakan pada Tuhan bagaimana nantinya akan berkelanjutan. Yang aku tahu, aku tak pernah memiliki rasa lelah untuk berpisah dengan sesiapa terkecuali kamu.

Aku lelah berpisah, aku tak tahu lagi jelasnya suatu arah. Memikirkan kata 'pisah’ seperti ada ketidakrelaan yang menggantung ditiap hurufnya. Aku masih memikirkan kelanjutan cerita kita,

Yang pernah jadi kekasihmu.
Sampai pagi ini, aku masih menasbihkan namamu dalam doa yang begitu fasih.

Sedemikian rupa kata terangkai menjadi bait puisi, sebuah aksara terkirim dalam doa yang nyata, semoga Tuhan mendengarkan karena aku mengirimkan doa atas namamu dengan begitu indah

Ya, kurasa...kamu adalah kenangan yang akan mengabadi, seandainya lewat sebongkah harapan yang aku tanamkan, aku lebih cepat saat itu memahami bagaimana kita sebagai manusia seharusnya membawa doa dalam tiap cinta kita. Entah aku saja, atau memang kita yang ada di dalamnya

Namun hujan hari ini dan daun-daun yang berjatuhan saat ini, menyadarkan aku bahwa selepas kepergian rindu, aku tak menemukan apapun di balik serpihan hujan. Ya, kau beranjak, tak menghiraukan doa yang aku lepaskan untuk tumbuh dalam tandusnya ruang kepedulianmu terhadapku, atau m
ungkin alam semesta yang tak mampu menerimanya dan mungkin waktu yang tak memberi kesempatannya. Setelah setiap luka yang kau asuh meredahkan perihnya, kau lupa aku juga terluka. Dan akupun lupa bahwa aku bukan lagi sosok yang kau cintai.

Oktober hampir berlalu pergi, aku membungkus rapi setiap harapan. Bagaimana mungkin cinta dan rinduku tetap tumbuh subur sementara di hadapanku kau menjadikan hatimu sebagai ladang tandus yang begitu gersang? Mengalihkan pandangan, tak lagi melihatku yang mulai meradang.

Dari hati yang berusaha terus meminta ruang kau memilih pergi sebagai alasan untuk tidak berjumpa kembali di pertemuan selamanya. Rindu semakin meruncingkan jarumnya, menyulam rasa menjadi satu nyawa yang hidup dalam ketidak-tahuan kapan ia akan dibalas sendu. Oktober rupanya tak cukup panjang untuk aku meyakinkan hatimu kembali, meruntuhkan setiap ego jiwaku dan membangun kembali ruang cinta dalam aksara tanpa kata. Aku berteriak, mengutuk diri, membunuh perih, semakin sesak dalam sekat paru-paru yang semakin kehilangan udara. Kehilangan keyakinan dari kamu yang semakin kurasakan menghilang dan terhalang.

Kamu, adalah kenangan luka terindah yang Oktober berikan tahun ini. Pertemuan, dan perpisahan. Semua saling bersinggungan dalam satu garis kehidupan. Arah yang membawa langkah, kehilanganmu adalah agenda yang tidak pernah tertulis sebelumnya, ingin menerima, meskipun pada akhirnya aku tetap kalah pada situasi yang membuatku resah. Namun aku hanya ingin menyampaikan dalam ruang-ruang kecil yang tersisa saat ini, aku akan tetap disini, m
enunggu alam semesta menerima, dan angin membawakan jawabannya, karena detak jantung dan nadiku akan selalu, merindukanmu.


Sampai Jumpa 
Aldi.
  • 0 Comments
  • Share:
Older
Stories

Kamu pembaca ke

Yang Terdahulu

  • ▼  2025 (1)
    • ▼  April (1)
      • PARADE PERAYAAN KEHILANGAN
  • ►  2024 (2)
    • ►  May (1)
    • ►  March (1)
  • ►  2023 (1)
    • ►  November (1)
  • ►  2022 (2)
    • ►  October (1)
    • ►  February (1)
  • ►  2021 (2)
    • ►  June (1)
    • ►  April (1)
  • ►  2020 (8)
    • ►  October (1)
    • ►  September (1)
    • ►  August (1)
    • ►  July (2)
    • ►  May (1)
    • ►  January (2)
  • ►  2019 (9)
    • ►  September (1)
    • ►  August (3)
    • ►  July (1)
    • ►  June (1)
    • ►  May (1)
    • ►  March (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2018 (7)
    • ►  November (2)
    • ►  October (1)
    • ►  August (1)
    • ►  March (1)
    • ►  February (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2017 (3)
    • ►  November (1)
    • ►  June (1)
    • ►  May (1)

Temui saya juga di:

  • Soundcloud
  • Spotify
  • Youtube
  • instagram
  • Twitter
  • facebook

Created with by BeautyTemplates.

Back to top