S A J A K - K A L A

By Muhammad Renaldi - Sunday, June 27, 2021

Hai apa kabar, sudah lama tak jumpa melalui tulisan ya, beberapa waktu kebelakang, aku kehilangan kepercayaan untuk menulis lagi, seringkali aku berdialog pada diri sendiri tentang bagaimana kelanjutan blog ini, apa masih ada peminat atau sudah kehilangan nyawa karna dimakan usia, namun bagiku berkarya tidak harus memikirkan tentang jumlah yang menikmati. Kuantitas bukan menjadi tolak ukur untuk aku berhenti menulis. kita sudahi omong kosong ini, mari masuk kedunia yang belum pernah kalian temui sebelumnya. Selamat menikmati!

Aku ingat kamu, disetiap jumpa dan bincang-bincang menuju dinihari. Beberapa malam sebelum berpisah, kita menghabiskan banyak waktu untuk merencanakan masa depan bersama. Pada akhirnya, kita hanya bisa tersenyum, pahit memang. Namun ini adalah kenyataan dari perjalanan hidup yang harus kita terima.

Untuk seseorang yang pernah begitu kupahami, Maaf kalau harus menyebutkan kata-kata ‘pernah’. Karena memang pernah dan kini tak lagi. Ada sebuah batas transparan dari dirimu yang kini tak pernah bisa kusentuh. Arena khusus yang tak lagi menyertakan aku dalam arenanya. Pikiranmu yang tak bisa lagi kuterka akan kemana tujuannya. Ada banyak hal sederhana yang kini berformula menjadi rumit. Dan seolah-olah perubahan-perubahan ini membuat kita saling menyalahkan diri sendiri. Bukan salahmu, jika ada yang harus selesai di antara kita. Bukan salahku, jika tak bisa lagi meneruskan setiap rasa pertama kali yang pernah kita bagi, Ini hanya cara kita belajar bahwa memang perlu ada yang berubah. Dan biarkan waktu yang mengajari kita untuk menerimanya, ya?

Pada genggaman tanganmu, Aku pernah mempercayakan masa depanku. Yang kini harus segera kutata kembali supaya sebisa mungkin serupa baru. Ada titik yang semestinya kutinggalkan, sementara aku masih diharuskan untuk menanggung kecewanya sebuah perasaan. Meski tidak sepenuhnya bisa melupakan, seperti kamu yang tidak semudah itu menyamakan kembali tujuan agar sama seperti pada permulaan. Aku sedikit penasaran, apa masih ada kita? Jika tidak, ini adalah terakhir kalinya aku menyapamu lewat kata-kata. Bukan, bukan putus asa atau enggan menjejakkan kaki pada penantian, tapi kupikir berjuang sendiri pun tak ada guna. 

Kamu harus tau satu hal, banyak rencana-rencana yang tanpa sadar telah kuangankan denganmu sebelumnya, tapi itu hancur beberapa waktu lalu, sebab kesalahanku. Mulanya, kita sejalan, kita tahu ke mana langkah kaki mengarah. Beberapa persimpangan dilewati, beberapa keputusan besar diambil; tak jarang mengorbankan ego hati. Dan kini, sampailah kita pada titik ini. Persimpangan yang lain, tanda tanya besar yang lain. Seperti sudah lelah mengalah, kita tak mampu bersepakat untuk memilih arah. Kita seperti harus memilih jalan tengah. Menyuarakan apa yang selama ini sudah menjadi pilihan. Ada beberapa hal yang sudah mengalami perubahan, dan kita tak lagi sedang membawa kecocokan yang pernah dibanggakan. Kesamaan yang pernah ada ternyata tak bisa untuk saling beriringan bersama. Ada yang berbeda dari kita, entah siapa yang sudah menyadarinya sejak lama. Mungkin yang kini kita butuhkan adalah jarak, juga waktu. Jarak agar kita tak saling bertemu. Dan waktu agar kita mampu sembuhkan luka terlebih dahulu. Mencari pengganti hanyalah rencana hati. Sebab dalam dada ini, tetap hanya ada kamu terpatri, sulit kuganti. Dan setelah ini, meski aku yakin sulit bagiku untuk benar-benar pergi, namun tak mungkin untuk kembali lagi. Kamu pernah menjadi tujuan akhir yang ternyata harus diakhiri. Kamu pernah menjadi penghapus luka yang akhirnya mencipta duka.

Aku berdoa pada semesta, agar ini hanya jalan takdir menuju bahagia; bukan hanya sebuah rencana yang tak berakhir dengan semestinya. Aku undur diri, atas segala rasa yang nantinya bisa memperburuk kondisi hati. Aku undur diri untuk menitipkan lagi segala rasa yang pernah saling kita bagi dulu. Aku undur diri untuk segala masa depan yang dulu pernah kita impi-impikan. Langkahku pelan-pelan menjauh, mungkin kenangan akan begitu riuh, tapi takkan membuat beberapa luka semakin melepuh. Maaf jika aku tak mampu lagi bertahan, dan maaf jika aku secepat ini melepaskan. Namun hal-hal pahit, harus kau cicipi lebih dulu agar kau tahu apa rasanya manis. Sesendok pelajaran sedang kita lahap bersama-sama, tentang kenyataan bahwa tak seharusnya lagi kita bersama. Lepaslah dengan rela. Karena suatu hari, kita akan sama-sama tersenyum mengingat hari ini.

Memasuki pekarangan hatimu adalah cara terbaik mengenal cinta. Dan mengundurkan diri adalah satu-satunya hal yang paling tepat untuk menjauh dari pergerakan luka. Kita akan baik-baik saja. Selamat menemukan yang lain selain aku. Jika ada kesempatan untuk bertemu lagi, semoga semesta mengizinkanku untuk berbenah diri sehingga ke hidup ini kamu dapat dengan leluasa menjejakkan kaki.

Depok 27 Juni 2021
ALDI

  • Share:

You Might Also Like

0 comments